Apa sih , bius epidural itu?
Bius epidural merupakan salah satu jenis pembiusan yang banyak digunakan untuk membantu proses persalinan.
Cara pembiusannya?
Pembiusan dilakukan oleh seorang ahli anestesi setelah Anda mulai merasakan terjadinya kontraksi. Sebelumnya, Anda akan disuntik melalui vena (intravena) dengan larutan khusus sebanyak 1-2 liter untuk membantu keseimbangan cairan dalam tubuh. Pemberian larutan ini akan terus berlangsung hingga proses persalinan selesai.
Selanjutnya, Anda disuruh berbaring miring sambil menekuk/melengkungkan tubuh sedemikian rupa, sehingga ruas-ruas tulang belakang Anda terbuka lebar. Caranya, pertemukan dagu dengan dada, serta dengkul Anda dengan perut.
Kemudian, obat bius akan dimasukkan menggunakan jarum suntik melalui suatu celah pada ruas tulang belakang untuk mencapai bagian yang disebut epidural. Bagian ini ada pada jalur sistem saraf pusat tulang belakang.
Sakitkah?
Ya, tentu saja Anda akan merasakan sakit yang agak menggigit saat jarum suntik menembus celah ruas tulang belakang. Bahkan ada orang yang mengalami sedikit pembengkakan pada bekas suntikan, sampai beberapa hari setelah proses persalinan selesai.
Bagi Anda yang operasi Caesar, seringkali timbul rasa seperti ada yang mengganjal di tulang belakang sampai beberapa minggu setelah persalinan. Rasa sakit ini akan hilang dengan sendirinya seiring berjalannya waktu.
Harus terus berbaringkah?
Ya! Anda harus tetap berbaring di tempat tidur sampai saat persalinan tiba. Tapi, selama menunggu, Anda diperbolehkan untuk berbaring menyamping dengan kepala lebih tinggi sekitar 30 derajat dari tubuh.
Apa yang terjadi setelah dibius?
Umumnya, 3-5 menit setelah obat disuntikkan, sistem saraf dari bagian rahim hingga jalan lahir akan mati rasa (kebas). Setelah lewat 10 menit, biasanya Anda sudah akan benar-benar mati rasa pada daerah tersebut, atau hingga seluruh bagian bawah tubuh Anda.
Apakah menghilangkan kemampuan mengejan?
Tidak! Anda tetap dapat mengejan dengan dibimbing dokter dan perawat yang membantu persalinan. Obat bius itu tidak menghambat proses persalinan. Hanya saja, Anda tidak akan merasakan nyeri luar biasa saat kontraksi semakin keras, di menit-menit terakhir sebelum si kecil lahir.
Namun, bagi Anda yang kehilangan kemampuan untuk mengejan, dokter akan membantu menggunakan forcep atau alat vakum. Sekalipun tindakan tersebut sebenarnya menambah besarnya risiko bagi bayi, tapi bila didukung oleh keterampilan dokter, maka Anda tak perlu khawatir berlebihan.
Apakah proses persalinan lebih lambat?
Ya dan tidak. Pada kasus-kasus tertentu, bius epidural menyebabkan persalinan berlangsung lebih lambat. Tapi, pada banyak kasus, justru sebaliknya. Persalinan menjadi lebih cepat karena si ibu menjadi jauh lebih rileks, karena nyaris tidak merasakan nyeri saat kontraksi berlangsung.
Obat bius masuk ke tubuh bayi?
Ya, pasti! Tapi, hanya dalam dosis sangat rendah. Sangat sedikit kasus yang dilaporkan mengenai dampak negatif dari obat bius epidural terhadap bayi yang baru dilahirkan. Hal ini biasanya terjadi pada persalinan yang berlangsung lama, misalnya karena terjadi komplikasi. Obat bius yang masuk ke dalam tubuh bayi, biasanya akan menyebabkan si bayi tampak teler atau mengantuk.
Amankah bius epidural?
Bius epidural merupakan jenis pembiusan yang relatif aman bagi ibu, dan juga bayinya. Walau demikian, kemungkinan adanya risiko atau dampak negatif tetap ada, mengingat begitu banyak faktor yang ikut terlibat. Sekali lagi, human error maupun risiko tak terduga tetap ada.
Apa saja risiko itu?
Risiko yang paling sering terjadi adalah penurunan tekanan darah ibu secara mendadak. Keadaan ini dapat membahayakan, baik bagi ibu maupun bayinya. Kemungkinan terjadinya risiko ini hanya 1-2%.
Selain itu, ada sejumlah risiko dari bius epidural yang dilaporkan oleh Vicki Elson, CCE, yang dimuat dalam Obstetric and Gynecology Journal edisi Oktober 1992. Antara lain:
Bagi ibu (untuk waktu pendek):
• Mual, muntah-muntah, menggigil.
• Merasa kehilangan emosi.
• Gangguan pada sistem pernapasan.
• Kejang-kejang.
• Pusing.
Bagi ibu (untuk waktu panjang):
• Komplikasi sistem saraf.
• Sakit pada bagian belakang tubuh (bisa menahun).
• Kehilangan kontrol untuk buang air kecil maupun air besar.
• Kehilangan sensasi pada bagian perinium (daerah antara vagina dan anus) dan fungsi seks.
• Terus-menerus merasa seperti tertusuk jarum.
Bagi bayi:
• Keracunan obat bius.
• Stres dan depresi.
• Teler saat dilahirkan.
• Kehilangan atau kurang refleks untuk mengisap puting.
• Demam karena mengalami penurunan suhu tubuh.
• Kekuatan dan kemampuan gerak otot tubuhnya kurang baik pada jam-jam pertama setelah dilahirkan.
• Hiperaktif sampai umur sekitar 7 tahun.
Benarkah menyebabkan kelumpuhan pada ibu?
Tidak juga. Angka kejadian itu amat sangat jarang, meski kemungkinannya tetap ada. Apabila Anda merasa ngeri, sebaiknya Anda memilih pembiusan umum biasa. Karena, bius epidural sebenarnya lebih ditujukan bagi mereka yang harus operasi Caesar.
Siapa saja yang tidak dianjurkan?
Mereka yang pernah mengalami luka, pernah operasi, atau memiliki gangguan pada bagian belakang tubuhnya, khususnya pada tulang belakangnya, sebaiknya membuang jauh-jauh keinginan untuk bersalin dengan cara ini. Juga, mereka yang menderita gangguan pada fungsi jantung serta kelainan darah, dan mereka yang alergi terhadap senyawa jenis kein , seperti kokain. Karena, sebagian besar jenis obat yang digunakan dalam pembiusan merupakan senyawa jenis kein .
Nyeri saat persalinan
Proses persalinan, bagi seorang ibu hamil adalah proses antara hidup dan mati, di mana segala rasa tertumpah saat itu juga. Pada proses persalinan normal, salah satu rasa yang dialami ibu melahirkan adalah rasa sakit atau nyeri yang luar biasa yang tidak dapat terelakkan. Umumnya seorang ibu hamil yang akan melahirkan mengalami rasa takut untuk menghadapi rasa nyeri dalam persalinan.
Seiring dengan membaiknya tingkat perekonomian dan makin baiknya peralatan operasi, maka semakin banyak ibu hamil yang menginginkan persalinan dengan operasi, untuk menghindari rasa nyeri selama persalinan. Tapi perlu diingat bahwa persalinan dengan operasi ini akan berakibat rasa nyeri yang lain dan efek samping yang tidak terdapat pada melahirkan secara normal. Secara statistik di dapat bahwa rasa nyeri selama persalinan tidak dapat ditoleransi oleh dua dari tiga wanita bersalin. Melihat “penderitaan” yang dialami oleh ibu bersalin ini, maka dicari alternatif untuk mengurangi rasa nyeri selama persalinan.
Beberapa alternatif melahirkan dengan rasa nyeri yang berkurang atau tanpa nyeri adalah dengan tanpa obat seperti dengan hipnotis, pengaturan napas, atau akupunktur. Dapat juga dilakukan dengan memakai obat, yaitu teknik analgesia epidural, analgesia spinal, dan gabungan kedua teknik ini serta pemberian obat-obatan yang disuntikkan atau dimasukkan melalui selang infus langsung ke dalam pembuluh darah.
Teknik analgesia epidural dianggap sebagai teknik yang paling efektif untuk mengatasi rasa nyeri persalinan, mulai saat kala pembukaan sampai penjahitan karena pengguntingan, sehingga ibu bersalin menjadi lebih tenang dan turut aktif berperan serta selama proses melahirkan. Teknik analgesia epidural ini juga terbukti dapat mempersingkat waktu persalinan.
Secara fisiologis, pemberian analgesia dapat menurunkan kebutuhan oksigen ibu, mengurangi kadar keasaman darah yang meningkat pada ibu dan janin, menstabilkan kerja jantung dan pembuluh darah serta mengurangi curah jantung yang meningkat akibat nyeri persalinan sehingga beban jantung berkurang. Tetapi harus diingat bahwa teknik analgesia epidural ini mempunyai kelemahan atau komplikasi, seperti tekanan darah rendah, kelumpuhan otot pernapasan, atau robeknya rahim karena tidak terdeteksinya rasa nyeri di bagian bawah rahim.
Teknik analgesia spinal atau ILA (Intrathecal Labor Analgesia) merupakan teknik yang lebih murah dan lebih mudah dari pada operasi caesar, di mana nyeri selama persalinan dapat di atasi dengan baik, tanpa efek sampingan yang berbahaya baik bagi ibu melahirkan, maupun pada janinnya. Pada teknik ini, obat anestesi disuntikkan di ruang intratekal, yaitu sebuah ruang di dalam sumsum tulang belakang , tempat lewatnya serabut syaraf spinal yang berperan merasakan sensai nyeri. Obat akan memblok syaraf nyeri tersebut. Obat anastesi lokal lainnya dapat menghambat syaraf rasa nyeri, tetapi syaraf motoriknya tetap bekerja, sehingga ibu bersalin masih dapat merasakan gejala peregangan ketika bayi akan keluar tanpa rasa nyeri.
Efek samping yang mungkin timbul pada teknik ini adalah gatal-gatal, mual, muntah, rasa mengantuk, gemetar, retensi urin, hipotensi, dan bradikardi (denyut nadi lambat). Sedangkan kekurangannya adalah digunakan pada awal kala I dengan masa kerja selama 12 jam, sehingga kurang efektif bagi persalinan yang lama.
Teknik gabungan dari teknik analgesia epidural dan analgesia spinal, memungkinan proses kerja yang cepat dengan kualitas analgesia yang lebih baik, dosis awal dan total lebih kecil, penghambatan syaraf sensorik lebih selektif, penghambatan syaraf simpatis dan motorik minimal, sehingga tidak mengganggu mobilisasi. Analgesia gabungan dapat dilakukan sejak awal pembukaan sampai akhir.
Dari penelitian itu ditemukan bahwa para ibu yang menggunakan metode ILA, 66 persen melahirkan spontan, 28 persen kelahiran dibantu alat, 6 persen melahirkan dengan operasi caesar. Operasi masih terjadi karena kondisi bayi yang tidak memungkinkan lahir normal, misalnya bayi terlilit ari-ari. Penggunaan anestesi lokal ini pun tidak berdampak terhadap bayi, karena bayi memperoleh makanan dan unsur-unsur lain lewat plasenta. Dengan teknik dan obat analgesia yang tepat sesuai dengan indikasinya, maka proses melahirkan secara spontan dan normal tidak perlu ditakuti lagi serta tanpa perlu jeritan kesakitan.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar